Meninggalkan Kuala Lumpur, Meninggalkan Bumi
Wa'alaikumussalaam Bumi, ini jawaban dari salammu saat di bandara saat kamu mau berangkat umroh untuk memenuhi undangan dari Saudi kemarin siang. Kamu pasti tau kan kenapa aku tidak bisa menjawabnya kala itu? Benar, aku takut akan semakin berkeping-keping jika mengeluarkan suara. Jelas tangisku pasti sulit berhenti sehingga kamu akan repot.
Bumi terima kasih sekali untuk semua yang kamu berikan ke aku selama ini. Bahkan sekecil apapun itu menurutmu namun amat-amat aku hargai. Aku benar-benar merasa berarti.
Bumi maaf kalau selama ini ada sikapku yang sering membuatmu marah, kecewa, atau bahkan sedih. Aku akan coba peraiki nanti-nanti.
Aku pamit ya, kita bertemu lagi bulan depan. Jujur dari hatiku, sejak kita hidup bersama aku merasa ini adalah titik paling bahagia dalam hidupku, jadi meninggalkan rumah kita di Kuala Lumpur ini apalagi di saat tidak ada kamu sungguhlah buat aku hancur. Kamu bisa lihat tisu di rak kita tinggal sedikit kan? Ya, itu karena ingusku.
Surat ini ditulis saat rumah sudah rapi dan koperku sudah siap.oh iya, hari ini aku tidak memakai makeup bahkan skincare sama sekali. Karena dari kemarin sepulangku mengantarmu ke bandara tangisku tiada henti. Bumi, aku sayang kamu. Doaku untukmu bahkan selalu lebih banyak dari doa untuk diriku sendiri. Bumi semoga secepatnya aku bisa mendapatkan visa agar tidak harus pulang pergi lagi.
Kuala Lumpur,
15 Oktober 2022, 07.32 MYT.
Kecup dari istrimu, Venus.
Komentar
Posting Komentar